My Self and You : Tension in Bodily
Sharing of Experience
Helena M. Mentis, Jarmo Laaksolahti, and Kristina Hӧӧk. 2014
Abstract
There is a growing interest in designing
systems for sharing experience through bodily interaction. To explore this
design space, we built a probe system we named the Lega. In our 2-month-long research design process,
we noted that the users’ attention was set on their own reflective experience,
rather than attending to the person(s) with which they were sharing their
experience. To explain these findings, we present an inductive analysis of the
data through a phenomenological lens to pinpoint what causes such behavior. Our
analysis extends our understanding of how to design for social embodied
interaction, pointing to how we need to embrace the tension between
self-reflection and shared experience, making inward listening and social
expression visible acts, accessible to social construction and understanding.
It entails experiencing our embodied self as others experience us in order to
build a dialogue.
Categories and Subject Descriptors:
H.5.2 [Information Interfaces and Presentation (e.g., HCI)]: User Interfaces
General Terms: Design, Human Factors,
Theory
Additional Key Words and Phrases:
Phenomenology, experience, interactional
Pengkaji : Sarah Shanaz Shaztika
Sistem Lega merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengetahui
ekspresi seseorang melalui gerakan tubuhnya. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mempelajari kemungkinan dan batasan dari gerakan dalam pembuatan desain
dan penggunaan sensors dan actuators untuk pembuatan expressive systems selanjutnya. Lega
merupakan suatu touch-, motion-, dan location-sensitive device yang digunakan untuk memahami ekspresi atau pengalaman
seseorang berdasarkan gerakan tubuhnya.
Proses pendesainan Lega yang berorientasi pengguna membuat penulis
harus melakukan eksplorasi terhadap material yang digunakan, baik material
digital maupun material konvensional sebab penggabungan material yang berbeda akan
menghasilkan experience yang berbeda
pula. Desain material ini terus dikembangkan berdasarkan experience pengguna hingga akhirnya terbentuk desain secara
keseluruhan. Desain Lega yang menyerupai telur dengan berat sekitar 285 gram,
dimaksudkan untuk memberikan kenyamanan dan kemudahan kepada pengguna saat
menggunakan Lega tersebut.
Perangkat ini terdiri dari inner
shell yang terbuat dari plastik dan papan yang melindungi komponen
elektronik didalamnya, yang terdiri dari accelerometer,
touch sensors, dan radio
communication/location hardware. Bagian bawahnya terdiri dari dua lapis memory foam 4mm yang ditutupi dengan cloth. Delapan coin vibrators, yang biasanya terdapat pada sebagian besar mobile phone, diletakkan diantara foam layer untuk menghasilkan pola
getaran. Foam layer membuat
permukaannya lunak dan lentur sehingga memungkinkan pengguna untuk melakukan squeeze pada perangkat.
Lega
dirancang untuk digunakan oleh kelompok dengan anggota dua sampai lima
orang, dengan masing-masing orang membawa perangkat sendiri. Ketika terjadi interaksi
antar perangkat maka lampu LED akan menyala dan perangkat pun akan bergetar. LED pada permukaan perangkat akan mengindikasi touch sensor yang sedang aktif.
Sehingga saat ekspresi ditemukan dan terespon, maka sebuah kesan (impression) pun akan ditemukan ole sistem.
Sistem didesain untuk tidak mengizinkan pengguna meninggalkan ekspresi
pada waktu yang bersamaan ketika sistem sedang melakukan sensing ekspresi. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya
kebingungan interaksi akibat pencampuran input dan output. Selain itu,
penggunaan channel sebagai feedback untuk input dan output
dipisahkan dengan menggunakan lampu untuk membuat ekspresi dan getar untuk experiencing ketika proses tersebut terjadi.
Dalam penulisan jurnal ini, penulis mengambil data dan melakukan analisisnya
dengan menggunakan hasil penggunaan Lega oleh beberapa pengunjung di sebuah
pameran karya seni di Sweden. Beberapa pengunjung di kelompokan ke dalam satu grup
yang kemudian mendatangi pameran seni. Anggota dalam grup tersebut akan
terpisah untuk melihat hasil karya seni yang mereka inginkan dan kemudian kembali
lagi untuk mengembalikan Lega kepada penulis. Setelah itu pengguna Lega
diwawancara per grup terkait bagaimana interaksi mereka dengan penggunaan Lega, bagaimana
pengguna menginterpretasikan apa yang telah terjadi, dan apa yang mereka
lakukan dengan perangkat tersebut.
Berdasarkan hasil analisis, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
pentingnya menempatkan seseorang bukan sebagai suatu subjek, melainkan sebagai
suatu object of study. Hal ini
berarti, jika desain ditujukan untuk sharing
bukan untuk self-reflection, maka
desain untuk perangkat membutuhkan peran lebih dari pengguna dalam Lega experience, sebagai penghubung berbagai experiences ketika pengguna berekspresi
menggunakan sistem tersebut.
Penulis juga dapat menyimpulkan bahwa empati dapat digunakan dengan
mudah untuk memahami experience dari
seseorang melalui gerakan tubuh dan tindakannya. Empati dalam phenomenological analysis bukan
merupakan suatu proses interpretasi yang berbasis ketersengajaan. Hal ini
menunjukkan pentingnya membuat tindakan yang dapat dengan mudah dipahami oleh orang lain melalui sistem, sehingga dapat mendorong
terjadinya saling berbagi empati, pengalaman dan perasaan kepada orang lain.
Dalam pembuatan Lega, peneliti memfokuskan pembuatan sistem yang dapat
saling berbagi, dimana pengguna harus menggunakan Lega bersama-sama dengan
penggunaan Lega yang lain, membuat ekspresi yang dapat dipahami dan dirasakan
melalui gerakan tubuh dan prilaku yang mengekspresikan maksud pengguna
tersebut. Dengan sistem ini diharapkan seseorang dapat berekspresi dan kemudian
saling berbagi empati ke orang lain, sehingga orang tersebut tidak menjadi orang yang hanya terfokus pada ekspresinya sendiri, tetapi juga kepada orang lain.
kajiannya sudah dibuat dengan baik, informasi yang disampaikan pun sudah jelas dan dapat diterima dengan baik oleh pembaca
ReplyDeleteUlasannya udah bagus, kata-katanya mudah dimengerti. Pembaca jadi tau apa itu sistem lega. Daebak, good job calah~~
ReplyDeleteSaya setuju dalam menempatkan seseorang sebagai object of study bukan sebagai subject, karena kita dapat mempelajari banyak hal dari seseorang tersebut. Dan dengan adanya sistem tersebut dapat membantu mengekspresikan serta saling berbagi empati. Trims ulasannya, Sarrr :D
ReplyDeleteKajiannya sudah bagus, menambah wawasan baru nih buat pembaca.
ReplyDeletekajiannya cukup bagus dan menarik, tetapi lebih baik lagi ditambah dengan gambar untuk mempermudah pemahaman pembaca.
ReplyDeleteinformasi yang disampaikan sudah cukup baik, hanya dengan membaca hasil ulasan saya bisa mengerti sistem lega yang ingin dibangun.
ReplyDelete